Friday, January 13, 2012

Land Value, Land Use, Land Value, Real-property

Rekans ysh,

Mencermati perubahan land-use perkotaa, satu aspek Geo-ekonomika ialah tentang "lahan perkotaan". Lahan perkotaan supplynya terbatas, penduduk nambah terus. Demand yang meningkat menaikkan harga lahan. Makin mendekati pusat kegiatan permintaan umumnya makin tinggi, sehingga terjadi pola kurva 'land value' seperti gambar gunung berpuncak di pusat kegiatan (CBD).



Pola land-use perkotaan sangat dipengaruhi oleh kompetisi berebut lokasi ber"akses" tinggi. Dengan implikasi, kegiatan ekonomi (perdagangan, bisnis) mendominasi pusat-pusat kota, karena harga lahan tinggi, maka yang bisa bayar yang menang.



Mulanya kota hanya punya satu pusat (monocentric), lalu membesar menjadi banyak pusat (policentric), tumbuh kota-kota satelit di pinggiran (suburban). Lalu pada kotaraya bertumbuhan "new-town in town". Jabodetabek, Surabaya, Makassar termasuk kategori terakhir ini.



Kekuatan faktor ekonomi/pasar ini merupakan kekuatan gravitasi "naga/kuda liar" yang potensial sebagai sumber magnet kota, sekaligus eksesnya. Manakala logika pasar makin dominan maka tekanan untuk perluasan land-use kegiatan perdagangan/jasa sulit dibendung. CBD meluas terus, land-use perumahan, taman, pertanian jadi lahan usaha.



Tingkat urbanisasi yang tinggi menjadikan bisnis properti (real estate) menjadi tambang emas coklat di kota-kota. Land rent/value yang dipelajari PWK menjadi "land-price", harga sewa kantor, harga rumah/apartemen di sektor properti.


Rumpun ilmu Geo-ekonomika, khususnya urban land economic punya cabang keprofesian yaitu bidang Real-estate (real property).

Salam apresiatif,

Risfan Munir


Sent from Yahoo! Mail on Android