Fenomena kota, urbanitas, terbentuknya pola land-use, pola lalulintas tidak sama sekali "random". Ada kekuatan motif yg mudah dibaca, yaitu motif EKONOMI.
Pada bahasan sebelumnya, kompetisi memperoleh lokasi berAKSES tinggi, lokasi STRATEGIS sesuai tujuan EKONOMI, telah membentuk pola land-price, land-rent. Sehingga kegiatan yg keuntungan ekonominya tinggi yg menempati Pusat2, CBD. Begitu juga perumahan orang lebih kaya normalnya yg ada di area nyaman "dekat CBD, tapi bebas kebisingan". (dgn perkecualian perkampungan asli yg coba bertahan dari bujukan developer).
Sementara itu banyak warga yg "khas Dunia Ke3", terpental dari perdesaan, tak mampu masuk sektor formal perkotaan. Menjadi "gerilyawan/wati", tak mampu mendapat ruang (sewa, numpang alakadarnya). Bagi mereka konsep "ruang, waktu, milik" sangat relatif.
Setiap ada proyek konstruksi, pekerja tinggal di bedeng2 darurat. Serentak muncul warung2 nasi, minuman, pengasong di bawah pohon. Betapa SEMENTARAnya konsep "lokasi, waktu, milik" bagi kaum urban ini.
Kitapun bertanya rencana pembangunan kota, pelayanan kota tak bisa apa2 membantu mereka? (Risfan Munir, planner)
Powered by Telkomsel BlackBerry®
LOGFRAME: PEMBANGUNAN JALAN REGIONAL
4 years ago
No comments:
Post a Comment