Saturday, January 27, 2018

Regional Planning #1

#1
Pada mulanya ada beberapa rumah tumbuh, bergerombol di lokasi berpotensi (sekitar mata air, muara sungai, persimpangan jalan, ada deposit tambang, tempat istirahat/teduh).

Lalu tumbuh warung, bengkel yang melayani, memanfaatkan konsumen setempat, atau yang lewat. 

Petani yang berladang juga membutuhkan tempat tinggal yang saling berdekatan. Saling bantu, menggunakan jasa di pusat permukiman tsb.

#2
Lambat laun makin banyak yang ikut tinggal, ikut berjualan, membuka bengkel, atau kegiatan yang ada memperluas usahanya.

Tumbuh pula layanan kesehatan (dukun, tabib), layanan pendidikan (guru, kelas). 

Dari permukiman alamiah, sederhana, tumbuh menjadi hamlet, dukuh. Beberapa diantaranya tumbuh terus menjadi desa, desa ukuran sedang, desa besar. Salah satunya menjadi "pusat" bagi desa-desa sekitarnya.

Jika proses pertunbuhan itu berjalan terus, akan ada "desa besar" yang tumbuh-berkembang menjadi kota kecil (sesuai kriteria kelengkapan sarana dan kepadatannya).

#3
Ada gejala yang disebut "agglomerasi (agglomeration)", yaitu kecenderungan tumbuh bergerombol untuk memanfaatkan faktor lokasi yang potensial.
Kegiatan pelayanan (ekonomi, kesehatan, pendidikan) tumbuh di lokasi yang potensial, warga/konsumennya cukup banyak dan potensial tumbuh. Dan efek ikutan, warung/bengkel sejenis cenderung ikut pendahulunya, atau meniru.

Maka di lokasi yang lebih potensial akan makin banyak warga yang tinggal, dan makin banyak warung, bengkel, pelayanan kesehatan, pendidikan, perbelanjaan, dan hiburan yang tumbuh. Dari hamlet, dukuh, sebagian darinya jadi desa, desa-desa sebagiannya jadi kota kecil, kota sedang, dan ada yang menjadi kota besar.





No comments:

Post a Comment