Perbedaan antara SYSTEM THINKING dengan Linier Thinking yang telah digunakan secara umum selama ini. Linier Thinking sifatnya respons cepat, menjawab symptom persoalannya.
Misalnya: ada hujan, solusinya ya pakai payung. Jalan macet, solusinya yang turunkan polisi lalulintas, atau perlebar jalan, bangun flyover. Keuntungannya, itu merupakan solusi cepat (Gambar kiri).
Persoalannya ialah, kalau ternyata kemacetan tersebut kemudian berulang lagi di tahun-tahun berikutnya, dan itu yang terjadi. Maka perlu dilihat permasalahan ini perlu dilihat lagi secara komprehensif, yaitu dengan SYSTEM THINKING.
Sebagaimana dapat dilihat pada gambar, kalau didalami lebih jauh, ternyata ada lingkar balik (loops). Dalam contoh itu, ternyata faktor Perilaku Pengemudi selain mengakibatkan Kemacetan, dia juga diakibatkan oleh Kemacetan itu. Begitu pula faktor Jumlah Kendaraan Pribadi, dia mengakibatkan tingkat Kemacetan Lalu-lintas, tetapi dalam jangka waktu tertentu, juga menyebabkan sebagian penduduk lebih nyaman kalau memiliki Kendaraan Pribadi (mobil, dan terutama motor).
Adanya loops (lingkar balik) tersebut telah menjadi salah satu ciri prinsip dari SYSTEM THINKING, yang membedakannya dengan Linier Thinking. Solusi/respons cepat, seperti misalnya melebarkan jalan, membangun flyover, itu memang dapat menyelesaikan persoalan sesaat, darurat, tetapi untuk jangka panjang perlu diantisipasi efek atau akibat ikutannya. Memperlebar jalan, membangun flyover, sesaat mengatasi masalah kemacetan. namun untuk jangka menengah dan panjang, kenyamanan jalan juga dapat meningkatkan minat untuk menggunakan kendaraan pribadi. Dalam kasus kemacetan, mungkin perlu diimbangi dengan opsi kebijakan lain seperti: pembatasan mobil pribadi dengan aturan "ganjil-genap", peningkatan kuantitas dan kualitas angkutan umum, pengaturan parkir di pusat keramaian.
Pemahaman akan loops, yang berarti mengantisipasi adanya "boomerang" dari suatu kebijakan/aksi, dapat membuka pikiran untuk mencari opsi-opsi kebijakan penanganan yang lain. Membuat kita menyadari, bahwa setiap kebijakan selalu ada plus-minus nya. Sehingga perlu dipikirkan opsi-opsi alternatif, dengan plus-minus masing-masing. (rmr)
No comments:
Post a Comment