Monday, May 17, 2010

Pegembangan Wilayah: Klaster UKM dan Pendidikan Lokal

Perencanaan wilayah dalam praktik tingkat lokal melibatkan pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) yang menyangkut pengembangan kemitraan klaster UKM yang saya fasilitasi memang selalu berusaha melibatkan SMK dan lembaga pendidikan lainya. Karena SMK (teknik ex STM) biasanya punya alat bantuan German, Spanyol, Jepang yang cukup bagus.

Tapi pelaksanaan kemitraan lokal itu tak harus menggiring anak pengrajjin sekolah. Para pengrajin bisa dihadirkan ke sekolah, dan anak sekolah bisa praktik di lingkungan kerja pengrajin. Malah kalau perlu anak(anak pengrajin yang pandai bekerja, dengan ditambahi pelajaran tertentu bisa diikutkan Paket C. Jadi mereka bisa ikut ujian "penyetaraan" tanpa berlama-lama meninggalkan tempat kerja.

Kedua, soal "identitas lokal" dan daya saing atau daya jual, kita perlu melihatnya dengan cermat. "Identitas lokal", kebanggaan budaya, bisa lain dengan "apa yang dicari pembeli".

Kita umumnya melihat keunggulan Jepara adalah di "seni ukir" khas Jepara yang terkenal itu. Tapi kenyataan penjualan terbesar dan yang mayoritas dikerjakan pengrajin di sana adalah "desain bawaan pembeli". Jadi pengrajin disana keterampilan perkayuannya dipakai untuk menggarap desain pesanan.

Pertanyaannya, kita mau membantu perekonomian mereka, atau menyuruh mereka jadi pelestari potensi budaya? Yang jelas kompetensi mereka pada "keterampilan membuat" mebel, ukir asli atau pesanan.

Di klaster-klaster UKM itu beberapa anak muda biasa membantu usaha orang tuanya/ tetangganya untuk komunikasi dengan buyer dari banyak negara, soal kesepakatan desain.
Kadang buyer hanya kirim sket kasar, lalu mereka gambar yang baik, atau buat sampel, dipotret, dikirim untuk dapat kesepakatan.

Klaster-klaster UKM dengan kemitraan dan fasilitasi BDS networks sudah jalan. Sekolah kejuruan di Solo (lagi-lagi prakarsa Walikota Jokowi) di link ke ATM yang jadi cikal Technopark Solo, ada dukungan dari Swiss-German, dan Ristek/ BPPT yang menjadikannya sebagai salah satu hub bagi simpul-simpul diseminasi teknologi (saya lupa namanya), tapi networknya internasional.

Kesimpulan: kegiatan ekonomi lokal sesungguhnya menggeliat terus. Tapi kuncinya kalau mau bantu, apresiasi upaya dan keberhasilan mereka. Jangan bawa konsep ttt yang rigid, yang kemudian melihat upaya mereka sebagai "kesalahan". (Risfan Munir)

No comments:

Post a Comment