Memang pengembangan ekonomi lokal ini sesungguhnya "lahan amal" Perencana Wilayah Kota yang masih perlu lebih banyak perhatian, Area ini unik, karena pembina UKM tidak main di "lokal"nya, sementara Perencana Wilayah Kota umumnya tidak main di "sektor kegiatan"nya. Tapi sesungguhnya ini adalah sel-sel wilayah, bagian terkecil dan riil dari pengembangan wilayah. Cluster adalah perpaduan area fisik, prasarana dan hubungan antar kegiatan yang saling terkait (supply-chain management), jadi ada planning, ada management, ada business development services (BDS) nya juga.
Soal marketing, dalam pendampingan peran saya (fasilitator) sesungguhnya lebih pada "connecting people", menghubungkan "pemasok - pengrajin - pengumpul - pedagang/eksporter", selanjutnya mereka jalan sendiri. Yang utama adalah mengumpulkan para pelaku UKM itu, Lalu membentuk kemitraan yang produktif. Ini bagian crucial, karena pada kenyataannya banyak daerah dimana SKPD Pertanian > Industri > UKM & Koperasi > Perdagangan tidak saling komunikasi, rencana/priortasnya gak nyambung.
Para pelaku UKM masih perlu dibangkitkan kesadaran "bersama kita bisa"nya. Karena tanpa itu, mereka satu demi satu "ditundukkan" oleh rentenir dan tengkulak ijon (beli saat mentah).
Tentang industri "makanan rumahan", memang kebanyakan titik lemahnya di packaging ya. Saya di Sumatera Barat mandapat banyak keluhan itu, sehingga dalam pertemuan-pertemuan klaster saya ikut mengingatkan Pemda, kalau membantu beli alat buat mengepak (plastik) untuk pembuat makanan. Tapi di Sumbar relatif banyak ragam makanan/camilan oleh-oleh yang tahan lama, seperti juga di Jawa Tengah (terutama alen-alen, yaitu cincin warna-warni dari singkong, untuk latihan adu "keras" dengan gigi kita he he). Harapannya semua bisa seperti brownies Amanda, Karya Umbi, Kartika Sari (Bandung), Christin Hakim (Sumbar), Zulaikha (Medan) dan Bolu Meranti, Bandeng Semarang, dst
Sekarang layanan ekspedisi di tanah air sudah bagus ya terutama antar kota besar, dari Medan s/d Makasar, sehingga bolu dari Medan bisa dipesan via internet dan dikirim via Tiki/JNE, kalau intra-island bisa dengan travel (Cipaganti, X-Trans dst) yang menyediakan layanan khusus untuk kiriman makanan (yg expired datenya cepat).
Begitu pula umumnya pengajin tembikar, kayu di Jawa, umumnya bisa terima di rumah, mungkin sampai Perancis juga. Jadi Mas Fajar bisa mengaku di Indoinesia punya usaha mebel, kalau ada yang pesan teman-teman Jepara siap supply. Kasarnya begitu.
Banyak mahasiswa "memfasilitasi" petani bunga di Cipanas, Bogor untuk memasarkan bunga-bunga mereka dengan foto yang dipajang di website, kalau ada yang minat mereka memfasilitasi. Diaspora marketing kali ya namanya. Supply-chain yang ditopang jejaring social network diaspora orang Indonesia yang mulai tersebar.
Sekali lagi warna lokal dari pengembangan wilayah mungkin bisa dikuatkan dengan pengembangan ekonomi lokal ini. [Risfan Munir, perencana wilayah/kota dan pengembangan ekonomi lokal]
LOGFRAME: PEMBANGUNAN JALAN REGIONAL
4 years ago
No comments:
Post a Comment